Minggu, 24 Juli 2011

Otak Butuh Jeda 20 Menit untuk Mempelajari Hal Baru

Jakarta, Jika dalam waktu hampir bersamaan otak manusia menerima banyak informasi atau perintah sekaligus, sangat mungkin salah satunya akan terlupakan. Agar dapat mengingat dengan baik, otak butuh jeda 20 menit sebelum menerima informasi lain.

Otak manusia, khususnya laki-laki tidak didesain untuk multitasking atau melakukan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Karena itu saat sedang memproses informasi sebelumnya, otak sulit menerima informasi atau perintah baru sehingga cenderung mudah untuk melupakannya.

Seorang ahli saraf dari Harvard Medical School, Prof Edwin Robertson, D.Phil menegaskan hal itu terjadi bukan karena kapasitas memori otak yang terbatas. Daya ingat otak cukup besar, namun seperti halnya komputer kinerjanya akan melambat jika menjalankan banyak program sekaligus.

Dalam penelitiannya di jurnal Nature Neuriscience, Prof Robertson mengatakan otak butuh waktu sekitar 20 menit untuk benar-benar mengolah dan menyimpan sebuah informasi dalam ingatan. Dikutip dari Menshealth, Senin (25/7/2011), masuknya informasi lain pada masa itu bisa mempengaruhi daya ingat.

Karena itu jika tidak ingin ada satupun informasi atau perintah yang terlupakan, ia menyarankan ada jeda 20 menit sebelum otak menerima perintah atau berusaha mengingat hal lain. Makin sedikit jeda yang diberikan, risiko untuk lupa makin besar.

Sebuah studi yang dipublikasikan sebelumnya bahkan menyarankan agar otak diberi jeda selama 2 jam saat menerima banyak informasi agar tidak mudah lupa. Namun dengan jadwal aktivitas dan pekerjaan yang sangat padat, jeda 2 jam dinilai terlalu lama dan membuat orang malah jadi tidak produktif.

Selain memberi jeda bagi otak, cara lain untuk meningkatkan daya ingat adalah memilih waktu paling rileks untuk menerima informasi. Oleh karena itu, banyak murid sekolah yang merasa lebih mudah mengingat materi pelajaran jika membacanya kembali menjelang tidur.

Daya ingat otak hanya akan meningkat dalam kondisi yang benar-benar rileks, namun tertawa terbahak-bahak tidak termasuk kondisi rileks yang dimaksud. Sebuah penelitian di University of Missouri menunjukkan, responden jadi lebih sulit menghafal perkalian setelah dipertontonkan video lucu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar