Sabtu, 23 Juli 2011

Vaksin yang Beredar Buatan Indonesia

KOMPAS.com - Selama ini banyak orang berpikir vaksin imunisasi yang beredar di Indonesia sebagai produk dari luar negeri, terutama Amerika Serikat. Ketidaktahuan tersebut tidak jarang membuat beberapa kalangan masyarakat merasa khawatir dalam memberikan anak mereka vaksin.
Kekhawatiran yang berkembang saat ini diantaranya adalah adanya isu bahwa vaksin yang beredar tidak terjamin keamanan dan kehalalannya. "Program vaksin imunisasi bukan bikinan Amerika Serikat. Vaksin di Indonesia adalah buatan Biofarma Bandung. Mestinya harus di buat iklan biar orang tahu," ucap dr. Soedjatmiko, SpA (K), Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jumat, (22/7/2011), di Jakarta.
Bahkan, vaksin buatan PT. Biofarma Bandung, lanjut Soedjatmiko, tidak hanya beredar di Indonesia saja, tetapi sudah digunakan oleh UNICEF untuk hampir lebih dari 120 negara di dunia. "Negara-negara lain percaya pada vaksin kita. Kok bangsa kita sendiri yang nggak percaya sama vaksin kita. Itu ironis sekali," katanya.

Soedjatmiko menegaskan, tidak ada fatwa MUI yang menyatakan melarang dalam penggunaan vaksin imunisasi. Dan itu adalah poin terpenting, dan harus diingat masyarakat.
Ia menegaskan hal tersebut karena masih banyak informasi berbeda yang berkembang di masyarakat soal pemberian vaksin. Padahal, imunisasi bermanfaat menurunkan angka kesakitan, kematian dan cacat.
Menurut data WHO, sekitar 194 negara maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya. Di Eropa, imunisasi rutin dilakukan di 43 negara, Amerika 37 negara, Australia dan sekitarnya 16 negara, Afrika di 52 negara, Asia 48 negara.
"Banyak teman-teman yang keliru mengatakan bahwa negara yg sudah maju tidak ada yang imunisasi. Tidak betul. Boleh di cek kepada kedutaan negara-negar itu. Mereka tetap melakukan imunisasi," jelasnya.
Menurut dia, negara miskin tetap harus melakukan imunisasi. Bahkan justru negara miskin yang lebih membutuhkan. Karena gizi dan lingkungan masih kurang baik. Tetapi kenyataan saat ini, di negara-negara berkembang seperti Indonesia, justru sering terjadi penolakan yang sumbernya kadang-kadang tidak begitu kuat alasannya.
"Amerika, Inggris, Prancis, yang begitu kaya dan maju mereka tetap melakukan imunisasi. Bahkan vaksin disana lebih banyak daripada vaksin di negara-negara miskin. Karena mereka sadar bahwa penyakti-penyakit lain bisa dicegah dengan vaksin," tandasnya.
Disemua negara, imunisasi diawasi dan dikaji tim-tim ahli dan pemerintah. Di Indonesia pengawasan dilakukan melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Suatu vaksin baru boleh dipakai jika sudah dikaji oleh BPOM, setelah itu dilihat apakah efektif, aman dan diperlukan dinegara itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar