Rabu, 27 Juli 2011

Jangan Tunda Periksa Ginjal!

KOMPAS.com – Penyakit ginjal kronis biasanya tidak menimbulkan gejala awal yang jelas, sehingga penyakit ini seringkali terlambat diketahui dan ditangani dengan tepat. Untuk itulah, pemeriksaan ginjal untuk mendeteksi gagal ginjal kronis harus segera dilakukan untuk mencegah dampak yang lebih parah.
Menurut spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran Jakarta, dr. Candra Wibowo, Sp.PD, jumlah pasien penderita penyakit ginjal kronik semakin lama semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pasien yang datang pun kebanyakan  sudah dalam tahap parah.

Diketahui bahwa penyebab paling banyak penyakit ginjal kronik adalah penyakit diabetes. Tetapi, ada beragam penyakit dan faktor lain yang memengaruhi perkembangan penyakit ini.
“Kalau tidak dikelola dan dideteksi secara dini, pasien akan jatuh pada gagal ginjal yang harus cuci darah, cangkok ginjal dan cuci rongga perut,” ujarnya, Senin, (18/7/2011) di Jakarta.
Meski tidak menimbulkan gejala di awal, penyakit ginjal kronis dapat menunjukkan beberapa gejala, yang biasanya akan muncul seiring dengan bertambah parahnya penyakit ginjal. Gejala-gejala tersebut misanya, tubuh merasa lelah, sulit tidur, gangguan konsentrasi, sering bekemih di malam hari dan nafsu makan yang menurun.
Menurut Candra, melakukan skrining penyakit ginjal  sebenarnya bukanlah hal yang sulit dilakukan. Untuk menjalani pemeriksaan ginjal dan urin harganya pun tidak terlalu mahal yakni sekitar Rp. 20.00 hingga Rp. 40.000 ribu.
"Skrining harus segera dilakukan, karena penyakit ginjal kronik tidak ada gejalanya," imbuhnya.
Candra juga menyarankan agar pemeriksaan tidak harus menunggu sampai usia tertentu, apalagi bila seseorang memiliki faktor risiko. "Kalau dia punya faktor risiko tidak usah menunggu sampai umur 40 tahun. Jadi misalnya ada orang umur 38 menderita diabetes, harus diskrining ginjalnya, nggak perlu nunggu umur 40 tahun,” jelasnya.
Cuci darah dan transplantasi ginjal merupakan bagian dari upaya pengobatan yang harus ditempuh pasien yang kondisi ginjalnya sudah rusak parah. Dengan melakukan cuci darah, bukan berarti ginjal yang sudah rusak bisa sembuh lagi, melainkan hanya untuk mempertahankan kualitas hidup seseorang.
Lebih lanjut Candra mengungkapkan, usaha pencegahan penyakit ginjal sebenarnya dapat dilakukan mudah dilakukan yakni dengan menerapkan pola gaya hidup yang sehat.
“Jadi, misalnya orang tua batu ginjal, anaknya bisa tidak terkena batu ginjal jika mempunyai gaya hidup yang baik. Sebaliknya, jika orang tua tidak punya riwayat batu ginjal, tapi gaya hidup kita jelek, batu ginjal bisa timbul,” paparnya.
Candra memaparkan beberapa hal penting  seputar risiko yang memengaruhi penyakit ginjal kronis, di antaranya:
1.  Pada orang tanpa faktor risiko : Setiap orang berusia 40 tahun, harus diperiksa fungsi ginjalnya secara global.
2.  Mereka yang berisiko tinggi : Hipertensi, diabetes, riwayat gagal ginjal, batu saluran kemih, infeksi saluran kemih berulang, obesitas, kolesterol tinggi, merokok.
3.  Berat badan lahir rendah : Kalau kurang dari 2.500 gram, bayi punya risiko untuk menjadi penyakit ginjal kronik pada suatu saat.
4.  Pendidikan rendah : Orang yang pendidikannya rendah, mempunyai kecenderungan atau risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan ginjal.
5.  Pendapatan rendah : Mereka yang berpenghasilan rendah rentan mengalami infeksi.  Hal ini karena terjadi mereka cenderung mengonsumsi makanan yang kualitasnya kurang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar